The First Man | Ch 1. Dunia Sesat
Saya bangun dari tidur dan mendapatkan diri saya tertidur di jalan yang gelap. Dunia Sesat, begitulah kami menyebut dunia ini. Dunia yang seluruh isinya adalah labirin tanpa jalan keluar. Mungkin saja ada jalan keluar dari dunia ini. Tetapi belum ada yang menemukannya hingga saat ini.
Aku membalikan badan dan menatap langit. Langitnya gelap tak berbintang. Jangan pernah berharap ada langit biru dan awan putih melayang beriringan. Bulan dan matahari pun tidak pernah ada di dunia ini. Hanya langit yang gelap menemani, baik itu pada siang atau pun malam hari.
Aku bangkit. Aku mencoba berdiri meskipun sedikit sulit. Malam sebelumnya begitu melelahkan. Misi itu, misi pribadi yang kumiliki. Meski aku tidak tahu cara melakukannya, tetapi tujuan yang ingin aku capai jelas. Tujuan dari misi itu adalah untuk mencari jalan keluar dari dunia ini.
Aku lelah dengan dunia ini. Dunia penuh kebohongan dan ketidakpastian. Aku sudah lelah memikirkan realita mana yang benar. Hidup di dunia atau pun di dunia lainnya sama saja bagiku. Tidak bisa dipastikan dunia mana yang benar.
Aku menarik nafas dalam. Kulihat kanan dan kiri, kedua ujungnya gelap tanpa ujung. Apakah ini malam hari ataukah siang, aku tidak tahu. Semuanya sama saja. Tidak ada perbedaan antara siang dan malam.
Angin dingin berhembus dari kiri. Aku merapatkan jaketku. Ku ambil tas yang tergeletak dan berjalan melawan arah mata angin. Itulah yang selalu aku lakukan ketika tersesat. Angin itu pasti bersumber dari dunia lain. Kita menyebutnya "perburuan" atau "The Dungeon". Perutku bergemuruh. aku pikir sudah waktunya berburu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku terus berjalan di gelapnya dunia ini. Melewati jalanan yang dibatasi dinding tinggi yang dihiasi tumbuhan menjalar. Aku sudah melalui berbagai jalan di dunia ini. Baik itu jalanan lebar atau pun gang-gang sempit. Jalanan menanjak, turun bahkan masuk kedalam gorong-gorong. Meskipun demikian, keberadaan pintu terakhir itu tidak pernah kutemukan.
Angin dingin semakin kencang. Itu tandanya pintu masuk menuju The Dungeon semakin dekat. Aku akan makan banyak di sana. Meskipun di dalam The Dungeon adalah dunia lain, tampaknya makanan di dalam sana bisa membuatku kenyang meski aku kembali ke dunia ini. Itulah yang membingungkan. Manakah yang menjadi realita, dunia ini ataukah dunia yang lainnya. Ataukah mungkin keduanya merupakan realita.
Terlihat pancaran cahaya lembut di ujung jalan. Pintu menuju The Dungeon sudah terlihat. Aku berjalan memasuki pelataran yang cukup besar. Aku lihat beberapa orang sudah ada di sana. Mereka sama seperti ku. Mereka adalah penjelajah.
Penjelajah adalah mereka yang keluar masuk ke dalam The Dungeon dengan berbagai tujuan. Setiap orang memiliki tujuannya masing-masing. Apakah itu kekayaan, ketenaran atau pun hanya sekedar pencarian jati diri.
Ku lihat sekeliling, ada beberapa orang lama yang ku kenal. Beberapa diantaranya menyadari kehadiranku. Tetapi mereka tidak mempedulikanku. Begitu juga diriku, Mereka hanya bagian dari masa lalu yang tidak perlu aku pikirkan. Meskipun demikian tetap saja aku tidak dapat melupakan mereka. Susah dan senang dari berbagai penjelajahan sudah kita lalui, tetapi apa yang harus dikatakan. Setiap orang punya tujuannya masing-masing. Begitu juga diriku.
Mereka tidak ingin terlibat dengan tujuanku. Aku pun menyadari untuk tidak melibatkan mereka dalam tujuanku. Mereka pikir aku penghayal. Tujuanku tidak realistis. Mereka memutuskan pergi menggapai tujuan mereka. Kita tidak sejalan. Maka dari itu kita berpisah. Hal yang lumrah di dunia ini.
Selain teman lama, aku melihat beberapa penjelajah baru. Mereka terlihat ceria dan bersemangat. Penjelajah pemula, sangat ceria dan bersemangat seperti saya dulu. Meskipun demikian, kulihat seorang gadis tampak diam. Dia hanya memandangi para pemula itu lalu mengalihkan pandangannya menuju pintu.
Gadis berambut blob dan hitam bisa ditemui dimana saja. Tetapi ada yang aneh dengan gadis kecil itu. Aku merasa pernah menemuinya. Berdiri disampingnya seorang gadis kecil. Menjadi penjelajah bukanlah pekerjaan berbahaya. Seandainya kamu mati di dalam The Dungeon, kamu akan terlempar kembali hidup-hidup. Meskipun demikian rasa sakit dari kematian sangatlah luar biasa. Bahkan bisa saja kamu gila karenanya. Membawa gadis kecil ke dalam The Dungeon tentunya sangat tidak bijak.
Dia melirikan matanya padaku. Sepertinya dia sadar kalau diriku memerhatikannya. Aku segera memalingkan muka. Tidak penting juga jika aku pernah mengenalnya. Bagiku tidak ada bedanya.
Aku masih berdiri di sudut pelataran dan jauh dari pintu The Dungeon. Kita menyebutnya pintu, tetapi bentuknya tidak seperti pintu yang banyak orang bayangkan. Pintu itu berupa kumpulan energi yang memusat. berbentuk bulat dan berputar seperti planet. Cahaya lembut terpancar dari bulatan energi tersebut. terkadang terdengan suara gemuruh dari dalamnya.
Seorang bocah laki-laki berlari kearahku. Dari suara langkah kakinya pun aku sudah bisa menebaknya. Bocah yang menyebalkan. Aku menyesal sudah menolongnya tempo hari. Seperti lalat, Dia selalu mengganggu dimana pun aku berada.
"Hi big bro." Dia berkata. "Apakah kau kesepian?". Dia melanjutkan. Aku tidak meladeninya. Aku tidak mau terlibat dengan perkataan bocah yang merepotkan.
"Kau kesepian kan? kan? kan? kan?". Dia terus menggodaku. Tetapi aku berusaha untuk tidak mempedulikannya.
Orang-orang mulai melangkah maju mendekati pintu. Tim mereka sudah lengkap sepertinya. Aku pun mulai bergerak. Meskipun tidak punya tim, masuk ke dalam The Dungeon bersama dengan penjelajah lain lebih aman dibandingkan masuk sendirian. Kita tidak pernah tahu hal apa yang menunggu di dalam. Meskipun penjelajah berpengalaman sepertiku bisa menebak isi dari dunia itu dengan beberapa petunjuk.
"Big bro, ayo buat tim dengan ku?" dia berkata. Aku hanya diam dan terus berjalan. Dia sangat gigih dan terus mengganggu. Dia terlihat kesal dan melompat ke atas bahuku. Aku hampir saja jatuh.
"Apa yang kamu lakukan." Aku berkata.
"Ayo gabung." dia berkata.
"Tidak." Aku menjawabnya dengan jelas dan tegas.
"Aku tidak akan turun kalau kamu tidak mau bertim dengan ku." dia berkata. "Lagi pula aku akan sangat membantumu." Dia merayu.
"Ugh." Aku kesal.
Terakhir kali berkerja sama denganya, dia membakar seisi kota. Misiku gagal dan aku harus kehilangan item berharga incaranku. Belum lagi aku harus bunuh diri karena aku terjebak didalam The Dungeon. Sungguh menyebalkan.
"Apakah itu artinya kamu setuju." Dia tampak senang.
"Terserah." Aku sudah lelah dengan tingkah lakunya.
Akhirnya dia melepaskan bahuku. Dia terlihat senang. Meskipun menyebalkan, dia tidak akan berhenti sampai aku mengizinkannya. Aku terus berjalan dan dia mengikuti dari belakang.
Aku berhenti berjalan. Aku berdiri di depan pintu itu. Pintu itu melepaskan energi dingin yang begitu kencang. Terdengar gemuruh angin yang keras dari dalam. Sesekali terdengar suara jeritan dan ledakan dari dalam. Terdengar mengerikan. Beberapa terlihat ragu untuk terus melangkah. Meskipun demikian aku tidak akan mundur. Ini semua harus aku lakukan demi mencapai tujuan utama. Aku melangkah pergi kedalam The Dungeon. Selamat Jalan Dunia Sesat. Aku mungkin akan kembali, mungkin juga tidak.
Gadis berambut blob dan hitam bisa ditemui dimana saja. Tetapi ada yang aneh dengan gadis kecil itu. Aku merasa pernah menemuinya. Berdiri disampingnya seorang gadis kecil. Menjadi penjelajah bukanlah pekerjaan berbahaya. Seandainya kamu mati di dalam The Dungeon, kamu akan terlempar kembali hidup-hidup. Meskipun demikian rasa sakit dari kematian sangatlah luar biasa. Bahkan bisa saja kamu gila karenanya. Membawa gadis kecil ke dalam The Dungeon tentunya sangat tidak bijak.
Dia melirikan matanya padaku. Sepertinya dia sadar kalau diriku memerhatikannya. Aku segera memalingkan muka. Tidak penting juga jika aku pernah mengenalnya. Bagiku tidak ada bedanya.
Aku masih berdiri di sudut pelataran dan jauh dari pintu The Dungeon. Kita menyebutnya pintu, tetapi bentuknya tidak seperti pintu yang banyak orang bayangkan. Pintu itu berupa kumpulan energi yang memusat. berbentuk bulat dan berputar seperti planet. Cahaya lembut terpancar dari bulatan energi tersebut. terkadang terdengan suara gemuruh dari dalamnya.
Seorang bocah laki-laki berlari kearahku. Dari suara langkah kakinya pun aku sudah bisa menebaknya. Bocah yang menyebalkan. Aku menyesal sudah menolongnya tempo hari. Seperti lalat, Dia selalu mengganggu dimana pun aku berada.
"Hi big bro." Dia berkata. "Apakah kau kesepian?". Dia melanjutkan. Aku tidak meladeninya. Aku tidak mau terlibat dengan perkataan bocah yang merepotkan.
"Kau kesepian kan? kan? kan? kan?". Dia terus menggodaku. Tetapi aku berusaha untuk tidak mempedulikannya.
Orang-orang mulai melangkah maju mendekati pintu. Tim mereka sudah lengkap sepertinya. Aku pun mulai bergerak. Meskipun tidak punya tim, masuk ke dalam The Dungeon bersama dengan penjelajah lain lebih aman dibandingkan masuk sendirian. Kita tidak pernah tahu hal apa yang menunggu di dalam. Meskipun penjelajah berpengalaman sepertiku bisa menebak isi dari dunia itu dengan beberapa petunjuk.
"Big bro, ayo buat tim dengan ku?" dia berkata. Aku hanya diam dan terus berjalan. Dia sangat gigih dan terus mengganggu. Dia terlihat kesal dan melompat ke atas bahuku. Aku hampir saja jatuh.
"Apa yang kamu lakukan." Aku berkata.
"Ayo gabung." dia berkata.
"Tidak." Aku menjawabnya dengan jelas dan tegas.
"Aku tidak akan turun kalau kamu tidak mau bertim dengan ku." dia berkata. "Lagi pula aku akan sangat membantumu." Dia merayu.
"Ugh." Aku kesal.
Terakhir kali berkerja sama denganya, dia membakar seisi kota. Misiku gagal dan aku harus kehilangan item berharga incaranku. Belum lagi aku harus bunuh diri karena aku terjebak didalam The Dungeon. Sungguh menyebalkan.
"Apakah itu artinya kamu setuju." Dia tampak senang.
"Terserah." Aku sudah lelah dengan tingkah lakunya.
Akhirnya dia melepaskan bahuku. Dia terlihat senang. Meskipun menyebalkan, dia tidak akan berhenti sampai aku mengizinkannya. Aku terus berjalan dan dia mengikuti dari belakang.
Aku berhenti berjalan. Aku berdiri di depan pintu itu. Pintu itu melepaskan energi dingin yang begitu kencang. Terdengar gemuruh angin yang keras dari dalam. Sesekali terdengar suara jeritan dan ledakan dari dalam. Terdengar mengerikan. Beberapa terlihat ragu untuk terus melangkah. Meskipun demikian aku tidak akan mundur. Ini semua harus aku lakukan demi mencapai tujuan utama. Aku melangkah pergi kedalam The Dungeon. Selamat Jalan Dunia Sesat. Aku mungkin akan kembali, mungkin juga tidak.
Comments
Post a Comment